Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Publishing Year
2021
Publishing Place
Collation
Abstract/Notes
Pada tahun 2018, Kementerian Perhubungan memberikan bantuan 5 (lima) unit kapal bus air kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Pemerintah Kota Palembang sendiri mendapatkan bantuan kapal bus air sebanyak 3(tiga) unit, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan serta Pemerintah Kabupaten Banyuasin mendapatkan masing masing sebanyak 1(satu) unit bus air (Ditjen Perhubungan Darat,2018). Pemberian bantuan kapal bus air ini dalam rangka pengembangan angkutan sungai dan angkutan pariwisata yang ada di Sumatera Selatan serta untuk menyukseskan Asian Games tahun 2018 di Palembang. Setelah selesai pelaksanaan Asian Games tahun 2018 Pemerintah Kota Palembang akan mengoptimalkan pemanfaatan kapal bus air ini salah satunya sebagai kapal pariwisata (cruise) di Kota Palembang. (Dinas Perhubungan Kota Palembang, 2018). Menurut Rohani, dkk (2015) untuk menentukan kelayakan tarif kapal wisata dapat dinilai berdasarkan Biaya Operasional Kapal (BOK), Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP). Menurut Chen,dkk (2016) identifikasi faktor yang mempengaruhi Willingness To Pay (WTP) digunakan untuk meningkatkan pemasaran kapal wisata (cruise) di Pasar Asia. Penelitian ini terkait kajian tentang analisa perhitungan ATP dan WTP dalam rangka menentukan tarif bus air wisata di Kota Palembang berdasarkan ATP dan WTP penumpang. Kajian tarif rencana bus air wisata yang akan berlaku dilakukan pendekatan perhitungan BOK dengan metode dephub, daya beli masyarakat untuk membayar jasa dapat berupa proporsi alokasi budget dari total budget pengeluaran atau Ability to Pay (ATP) dan kemauan membayar yang didasarkan pada persepsi masyarakat atau Willingness to Pay (WTP). Metode dalam analisis Ability To Pay (ATP) dengan menggunakan metode household budget (anggaran rumah tangga) dan Willingness To Pay (WTP) menggunakan metode persepsi, dan dari hasil analisis di dapatkan BOK Biaya Operasional Kapal (BOK) didapatkan Rp.13.694,92/pnp-km untuk loadfactor 100% dan Rp.19.564,17 untuk loadfactor 70%. ATP penumpang terendah yaitu Rp. 833/pnp/km dan ATP tertinggi yaitu Rp.22.633/pnp/km. Sedangkan dari analisis diperoleh WTP terendah yaitu Rp.2.600 dan WTP tertinggi Rp.30.000. Dalam hal ini ATP penumpang < WTP penumpang dan diperlukan adanya evaluasi terhadap tarif yang akan diberlakukan karena kemampuan membayar lebih rendah dari pada keinginan membayar penumpang. Untuk mewujudkan konektivitas dengan angkutan umum maka diperlukan (1) Moda Penghubung (Connecting modes: access dan eggress), (2) Moda Utama (Main Modes), (3) Jaringan Multimoda (Multimodal Network: Main route dan Feeder Route), (4) Fasilitas peralihan moda (Transfer Point), (5) Fasilitas peralihan antar moda dengan jaringan berbeda (Intermodal Tranfer Point), dan (6) Peraturan