ABSTRAKSI
M. Herryngga Fadilah, 2020, NIT: 531611306209 K, “Analisa Penyebab
Deadfreight Claim Dalam Penanganan Kekurangan Muatan Batubara Dari
Jetty Sampai Anchorage Point Di Taboneo Kalimantan Selatan”, Program
Diploma IV, Program Studi Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan
Kepelabuhanan, Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Pembimbing I: Irma
Shinta Dewi, M.Pd. Pembimbing II: Febria Sujarman, MT, M.Mar.E.
Kegiatan ekspor batubara di Kalimantan Selatan di dominasi oleh jasa
angkutan laut, karena memiliki keuntungan biaya pengangkutan yang murah
dengan kapasitas muatan relatif besar. Taboneo Anchorage Banjarmasin
merupakan salah satu perairan di Kalimantan Selatan yang banyak di singgahi
kapal untuk kegiatan bongkar muat batubara. Transhipment ekspor batubara
dilaksanakan di muara Sungai Barito, hal ini dilakukan karena draft kapal besar
tidak memungkinkan untuk masuk ke alur yang jauh dan dangkal. Dalam
pelaksanaan transhipment sering terjadi kekurangan muatan yang disebabkan oleh
perjalanan tongkang maupun terjadi pada daerah pemuatan (stockpile).
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif dan desain penelitian
deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi pustaka,
yang diuji keabsahannya melalui uji validitas dan reliabilitas. Data kemudian
dianalisis dengan teori dan prinsip pemuatan yang ada untuk mengetahui apa
penyebab terjadinya kekurangan muatan (deadfreight) pada pemuatan batubara di
Taboneo Anchorage Point dan upaya untuk mengurangi kekurangan muatan
(Deadfreight) pada pemuatan batubara di Taboneo Anchorage Point.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1) Penyebab terjadinya
kekurangan muatan (deadreight) yang terjadi di Taboneo Anchorage Point yaitu
pengawasan pada jetty kurang maksimal, pemuatan menggunakan floating crane
yang tidak maksimal, dan perijinan di jetty yang tidak lengkap. 2) upaya untuk
mengurangi kekurangan muatan (Deadfreight) pada pemuatan batubara di
Taboneo Anchorage Point yaitu dengan menunjuk petugas keamanan, menambah
pengawasan pada jetty, bekerja sama dengan pihak floating crane untuk pemuatan
dan menunjuk perusahaan agen untuk membantu proses administrasi perijinan
ekspor. Penyelesaian yang dilakukan adalah perusahaan menerima letter of
protest dari kapten kemudian mengganti biaya kekurangan muatan yang
diseslesaikan office to office
ABSTRACT
M. Herryngga Fadilah, 2020, NIT: 531611306209 K, " Analysis Of
Causes Of Deadfreight Claim In Coal Transhipment From Jetty To
Anchorage Point In Taboneo South Kalimantan", Diploma Program IV,
Port and Shipping Department, Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
Supervisor I: Irma Shinta Dewi, M.Pd. Advisor II: Febria Sujarman, MT,
M.Mar.E.
Coal export activities in South Kalimantan are dominated by sea
transportation services because they have the advantage of cheap transportation
costs with a relatively large load capacity. Taboneo Anchorage Banjarmasin is
one of the waters in South Kalimantan that many ships stop by for loading and
unloading coal. Coal export transshipment is carried out at the mouth of the
Barito River, this is done because the draft of large vessels does not allow it to
enter deep and shallow channels. In the implementation of transshipment, there is
often a shortage of cargo caused by barge travel or in the loading area
(stockpile).
This research was conducted using qualitative methods and descriptive
research design. Data were collected through observation, interviews, and
literature study, which were tested for validity through validity and reliability
tests. The data were then analyzed with existing loading theories and principles to
find out what causes dead freight at coal loading at Taboneo Anchorage Point
and efforts to reduce dead freight at coal loading at Taboneo Anchorage Point.
The results obtained from this study are: 1) The causes of deadweight that
occurred at the Taboneo Anchorage Point are Load Theft, supervision of the jetty
is not optimal, loading using a floating crane is not optimal, and permits at the
jetty are incomplete. 2) efforts to reduce dead freight on coal loading at Taboneo
Anchorage Point, namely by appointing security guards, increasing supervision of
jetty, working with floating cranes for loading, and appointing an agent company
to assist the export permit administration process. The settlement that is made is
that the company receives a letter of protest from the captain and then reimburses
the cost of the shortage which is settled by the office to office.