Integrated Transport Resource Catalog

Pepustakaan Pusat Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Title
Chairil Anwar: Bagimu Negeri Menyediakan Api
Collection Location
Perpustakaan Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Curug
Edition
Call Number
ISBN/ISSN
9786024242572
Author(s)
Seri Buku TEMPO
Subject(s)
Biografi
Classification
NONE
Series Title
GMD
Text
Language
Indonesia
Publisher
Gramedia
Publishing Year
2016
Publishing Place
Collation
Abstract/Notes
Maju
Serbu
Serang
Terjang

Petilan sajak berjudul “Diponegoro” di atas ditulis Chairil Anwar pada Februari 1943. Dengan mengungkap sosok Diponegoro?putra tertua Sultan Hamengku Buwono III?yang kuat dan liat menghadapi Belanda, Chairil menggelorakan kembali semangat juang. Sikapnya melawan kolonialisme tegas, seperti terungkap dalam puisi itu dan menjadi kutipan populer: sekali berarti, sudah itu mati.

Jiwa nasionalisme Chairil berkembang dalam kondisi zaman penjajahan Jepang. Ia menyatakan menentang penjajah saat berpidato di depan Angkatan Baru Pusat Kebudayaan, 7 Juli 1943. Sesudah kemerdekaan, sikap juangnya semakin kuat terlukis dalam puisi-puisinya yang lahir bukan hanya berdasar perenungan di balik meja. Peristiwa agresi militer Belanda I pada 21 Juli 1947 direkam Chairil dalam sajak berjudul “Krawang-Bekasi”. Kala itu, ia terlibat langsung dalam pertempuran. “Persetujuan dengan Bung Karno”, puisinya yang lain, menggambarkan pula suasana pergolakan setelah kemerdekaan 1945.

Tapak berkesenian Chairil yang demikian mencuatkan namanya sebagai pelopor angkatan 45 yang mendobrak angkatan sebelumnya. Chairil sendiri yang memilih “angkatan 45” untuk menyebut generasi seniman dan sastrawan sesudah masa perang. Baru sesudah ia meninggal pada 1949, banyak sastrawan menabalkan Chairil sebagai simbol angkatan 45.

Ia adalah penulis yang sangat produktif. Meninggal di usia 27, namun sepanjang hidupnya yang singkat itu ia telah membuat 70 sajak asli, 4 sajak saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan. Terkenal dengan potret diri yang ikonik dalam pose mengisap sebatang rokok, Chairil menghasilkan sajak-sajak yang memperkaya khazanah sastra Indonesia.
Specific Detail Info